Industri fashion telah lama menjadi bagian penting dari kehidupan manusia. Namun, pertumbuhan dan kemajuan industri ini telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap lingkungan dan keberlanjutan.  Artikel ini akan membahas apa saja Dampak Industri Fashion yang ditimbulkan serta bagaimana upaya yang dilakukan menuju industri fashion yang lebih ramah lingkungan.

Dampak Negatif Industri Fashion Terhadap Lingkungan 

  1. Emisi Karbon

Industri fashion menghasilkan emisi karbon yang signifikan dalam berbagai tahap produksi, termasuk produksi bahan baku, manufaktur, transportasi, dan distribusi. Proses ini menyebabkan pelepasan gas rumah kaca ke atmosfer, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.

  1. Pencemaran Lingkungan 

Industri fashion menggunakan banyak bahan kimia dalam proses pewarnaan, pemrosesan, dan finishing. Limbah kimia ini sering kali dibuang secara tidak aman ke air, tanah, atau udara. Hal ini dapat mengakibatkan pencemaran air di sungai, lautan, serta dapat merusak ekosistem lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati.

Baca Juga : Gaya Hidup Digital Nomad: Bekerja dari Mana Saja di Dunia

  • Limbah Tekstil

Industri fashion menghasilkan limbah tekstil dalam jumlah besar, termasuk potongan-potongan kain yang tidak terpakai dan pakaian bekas yang dibuang. Limbah ini seringkali sulit diolah dan berakhir di tempat pembuangan sampah.

  • Penggunaan Sumber Daya Alam

Produksi bahan baku seperti kapas dan wol memerlukan penggunaan air dan lahan yang besar. Selain itu, produksi kulit dan bahan sintetis juga mengonsumsi sumber daya alam yang berharga.

  • Pemusnahan Hewan dan Habitat

Produksi bahan baku kulit dan bulu seringkali melibatkan perlakuan yang tidak etis terhadap hewan, serta merusak habitat alam.

  • Model Fast Fashion 

Model bisnis fast fashion yang mendorong produksi pakaian dalam jumlah besar dengan siklus cepat berdampak pada overproduksi, overkonsumsi, dan pembuangan pakaian yang cepat. Pakaian yang dibuang berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibakar, menyebabkan masalah polusi dan pemborosan sumber daya.

  • Sumber Daya Alam
Baca Juga :  5 Fraksi Partai Politik di DPR Bersiap Ajukan Hak Angket

Bahan baku untuk pakaian, seperti kapas dan kulit, memerlukan ekstraksi besar-besaran sumber daya alam. Penggunaan sumber daya ini tanpa keberlanjutan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

  • Konsumsi Air dan Energi

Proses produksi tekstil membutuhkan banyak air dan energi. Penggunaan air yang besar dan pemakaian energi fosil berkontribusi pada kelangkaan sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca.

  • Budaya Buang-Buang

Model bisnis fashion cepat mendorong konsumen untuk membeli produk dengan cepat dan membuangnya begitu tren berubah. Ini menciptakan budaya buang-buang yang tidak berkelanjutan.

  • Kondisi Kerja yang Buruk

 Di banyak negara, buruh tekstil bekerja dalam kondisi yang buruk dan upah yang rendah. Pekerja sering kali dieksploitasi, dan ini tidak hanya merugikan sosial tetapi juga lingkungan.

Gagasan Berkelanjutan Dalam Dunia Fashion

Gagasan fashion berkelanjutan mencakup serangkaian praktik dan inovasi untuk mengurangi dampak negatif industri fashion terhadap lingkungan dan masyarakat. 

Beberapa gagasan fashion berkelanjutan yang sedang berkembang antara lain:

  1. Bahan Baku Berkelanjutan: 
  • Penggunaan bahan baku organik dan ramah lingkungan seperti kapas organik, Tencel, atau serat daur ulang. 
  • Pemanfaatan serat dari tanaman yang tumbuh cepat dan mudah diatur ulang, seperti rami atau bambu.
  1. Produksi Bertanggung Jawab:
  • Implementasi praktik produksi yang lebih efisien dan mengurangi limbah.
  • Menggunakan teknologi produksi bersih untuk mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya.
  • Meminimalkan dampak energi dan emisi karbon dalam proses produksi.
  1. Fast Fashion Alternatif:
  • Mendorong model bisnis yang berfokus pada kualitas dan ketahanan produk, daripada jumlah produksi yang besar.
  • Promosi produk tahan lama yang bisa digunakan dalam jangka panjang.
  1. Daur Ulang dan Penggunaan Kembali:
  • Mendorong konsep “closed-loop fashion” dengan mendesain produk yang dapat didaur ulang dan diuraikan kembali.
  • Menggunakan bahan daur ulang atau pakaian bekas dalam produksi baru.
  1. Promosi Mode Sewa dan Pertukaran:
  • Mengembangkan model bisnis sewa pakaian untuk acara khusus atau penggunaan sementara.
  • mendorong pertukaran pakaian di antara komunitas untuk meminimalkan konsumsi.
  1. Desain yang Fleksibel dan Modular:
  • Mendesain pakaian yang dapat disesuaikan atau diubah bentuknya, sehingga tampilan yang berbeda dapat dicapai tanpa membeli pakaian baru.
  1. Pendekatan “Slow Fashion”:
  • Mengedepankan kualitas daripada kuantitas.
  • Mengurangi siklus produksi untuk mengurangi tekanan pada lingkungan dan tenaga kerja.
  1. Transparansi dan Etika:
  • Mengungkapkan informasi tentang rantai pasokan, bahan baku, dan proses produksi kepada konsumen.
  • Menerapkan praktik etika kerja dan memastikan upah yang adil untuk pekerja.
  1. Pendidikan dan Kesadaran Konsumen:
  • Mendidik konsumen tentang dampak fashion terhadap lingkungan dan sosial.
  • Mendorong perilaku konsumen yang lebih berkelanjutan dalam berbelanja.
  1. Inovasi Teknologi:
  • Pengembangan teknologi baru untuk daur ulang tekstil.
  • Penggunaan teknologi canggih seperti digitalisasi, teknik 3D printing, dan AI untuk mengurangi pemborosan bahan dan waktu.   
Baca Juga :  Jokowi Soroti Pembalakan Liar: Semua Problem Berasal Dari Situ, Harus Dicegah

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *