Penutupan Jendela Untuk Paket EV

Penutupan Jendela Untuk Paket EV

Penutupan Jendela Untuk Paket EV

Gairah Mencari Investor

Tidak ada gairah semangat atau upaya yang lebih dari pemerintah yang kurang dalam menarik perhatian para produsen mobil global terkenal terhadap target impian negara Indonesia untuk  menjadi pusat kendaraan listrik (EV). Tapi itu saja, sampai sekarang ini. Kunjungan tingkat tinggi ke Amerika Serikat dan Republik Rakyat China hingga saat ini tidak membuahkan hasil yang nyata dan diharapkan oleh pemerintah Indonesia, hal ini pun mengecewakan semua pihak manapun yang mungkin terbujuk dan terpengaruh oleh pengumuman yang terlalu dini mengenai kesepakatan yang akan datang dan belum jelas masa depannya. Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah melakukan perjalanan ke Republik Rakyat China di akhir bulan lalu untuk mengadakan pertemuan bilateral dengan mitra kerjanya dari Republik Rakyat China tersebut, dan rencana perjalanan tersebut juga sudah termasuk ke dalam agenda tur pabrik di pemain EV terkemuka negara itu yaitu BYD.

Menjelang pergi menuju perjalanan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang merupakan menjadi bagian dari delegasi Jokowi mewakili Indonesia telah menunjukkan optimisme yang biasa dengan mengatakan “BYD telah menyatakan minat untuk berinvestasi di Indonesia.” Seandainya ada kiriman dari kunjungan itu terkait BYD, kami hampir pasti sudah mendengar mengenai rencana investasi mereka sekarang. Oleh karena itu, kami akan menganggap langkah itu adalah upaya lain yang patutnya mendapat pujian akan tetapi pada akhirnya sia-sia untuk menempatkan Indonesia sebagai tujuan investasi EV. Luhut, sementara itu juga dijadwalkan untuk bertemu dengan Elon Musk dari Tesla pada hari Rabu untuk kesempatan lain untuk menyegel kesepakatan dengan perusahaan EV terkemuka Amerika Serikat, setelah perjalanan sebelumnya menuju ke Amerika Serikat sendiri dan oleh Presiden hanya menghasilkan sedikit tetapi terlalu banyak janji yang diumbar. Yang pada akhirnya investor tersebut mengumumkan investasi skala besar untuk tempat yang lain yang menurut mereka lebih terjamin.

Baca Juga : Airlangga Sebut Golkar Sebagai Partai Besar dengan Langkah Independen Meskipun Dicap Bergantung ke Penguasa

Membangun Di Negara Lain

BYD sendiri mengungkapkan bahwa bulan lalu, mereka ingin membangun tiga pabrik di negara Brazil dengan harga yang tinggi yaitu senilai US$620 juta, termasuk diantaranya satu pabrik perakitan kendaraan untuk melayani pasar di ranah regional. Pada awal tahun ini, perusahaan yang berbasis di kota Shenzhen, China itu mulai mengerjakan pabrik baru di pusat industri otomotif Asia yaitu perusahaan yang terletak di negara Thailand. Hal ini pun menjadi pertanda dan mereka juga ternyata menunjukkan minat untuk berekspansi di India dengan pabrik sampai mencapai nilai $ 1 miliar yang meskipun menghadapi beberapa penolakan dari beberapa kalangan yang tidak menyetujuinya. Tesla juga telah mengumumkan rencana untuk berinvestasi di India dan dilaporkan ingin menggelontorkan $5 miliar ke pabrik besar di Meksiko. Pada bulan Maret, ia mengumumkan perluasannya di China dengan pabrik baterai baru.

BYD dan Tesla adalah pembuat mobil EV terbesar dan paling bergengsi, namun mereka bukan satu-satunya. Jakarta mungkin ingin mengarahkan lebih banyak upayanya ke beberapa dari banyak merek lain dari seluruh dunia. Untuk semua investasi atau setidaknya rencana investasi yang telah diperoleh Indonesia dalam pemrosesan nikel dan produksi bahan baterai, tujuannya selalu untuk mengembangkan seluruh rantai produksi EV di negara ini, dan itu akan mencakup pembuatan baterai EV dan perakitan kendaraan akhir. Jendela peluang negara untuk menjadi produsen utama di pasar global ini tidak akan terbuka selamanya. Negara-negara yang meraih kesepakatan besar sekarang merupakan langkah maju yang besar, karena pabrik-pabrik tersebut akan menarik pemasok untuk membuka toko terdekat. Juga, negara-negara tersebut berada dalam posisi terdepan untuk merebut pasar yang jauh melampaui perbatasan mereka sendiri. Dari 150.000 mobil per tahun yang akan dibuat oleh BYD di Thailand, misalnya, hanya sekitar 10.000 mobil yang direncanakan untuk memenuhi permintaan domestik, sedangkan sebagian besar akan diekspor, termasuk, tidak diragukan lagi, ke Indonesia. Berita terupdate Terbang ke seluruh dunia untuk meyakinkan calon investor adalah upaya yang mulia, tetapi ada sesuatu yang kurang dari tawaran Indonesia. Kami memiliki ekonomi terbesar di Asia Tenggara, pasar konsumen yang berkembang, insentif pembelian kendaraan listrik, dan cadangan nikel terbesar di dunia. Haruskah pemain global tidak berebut untuk berinvestasi di sini? Mungkin ada sesuatu yang salah dengan daya tarik Indonesia terhadap investor asing? Birokrasi telah disebut-sebut sebagai masalah di masa lalu, seperti halnya peraturan tenaga kerja yang kaku, masalah pembebasan lahan dan kekurangan pekerja terampil, serta kesulitan mendatangkan orang dari luar negeri. UU Cipta Kerja yang disahkan pada akhir tahun 2020 dimaksudkan untuk memperbaiki masalah tersebut, tetapi mungkin terlalu banyak yang belum terselesaikan? Pemerintah harus memahami hal ini jika ingin Indonesia menjadi lebih dari sekadar pasar konsumen untuk kendaraan listrik impor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *