Diketahui, belum lama ini telah digelar agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) KTT G20 India yang berlangsung di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Maidan, New Delhi, India. Agenda tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu 9 September 2023 kemarin.

Pesan Tak Bermakna Terjadi Dalam KTT G20 India?

Benarkah KTT G20 India Tak ada Pesan Bermakna?

Dalam agenda KTT G20 India yang bertajuk ‘One Eart’, terdapat beberapa hal yang menjadi sorotan. Salah satunya adalah Narendra Modi selaku Perdana Menteri (PM) India yang mengungkapkan secara resmi deklarasi konsensus ketika pembukaan KTT G20. 

Deklarasi tersebut mengibarkan suara perdamaian, kemanusiaan, serta stabilitas dunia yang semakin hari justru semakin jadi komoditas yang berada dalam tahap berbahaya. Narendra menyampaikan kepada seluruh pemimpin keluarga untuk terus menjunjung tinggi berbagai prinsip hukum internasional begitu juga tentang integritas dan kedaulatan wilayah.

Baca juga : Viral Umur 31 Punya 9 Anаk

Selain itu, Narendra juga tak ingin melupakan tentang hukum kemanusiaan internasional serta sistem multilateral yang terus menjaga stabilitas dan perdamaian.

Narendra Modi yang merupakan tuan rumah dalam KTT G20 ini mengumumkan secara resmi deklarasi itu telah diadopsi sejak KTT hari pertama. Consensus ini dinilai cukup mengejutkan karena beberapa kelompok telah terpecah akibat adanya peperangan antara Ukraina dan Rusia.

Sejumlah kelompok Negara yang memiliki nilai perekonomian yang besar di dunia telah menghindari kecaman terhadap Rusia atas perang menghadapi Ukraina tetapi meminta kepada seluruh Negara untuk tetap menahan diri dari penggunaan kekuatan demi memperebutkan wilayah lain.

Berbagai Negara di wilayah barat sebelumnya telah memberikan dorongan kecaman keras terkait Rusia di dalam Deklarasi para pemimpin. Disisi lain, sejumlah Negara lain lebih menuntut agar mengarah ke berbagai isu ekonomi yang lebih luas.

Baca Juga :  Airlangga Sebut Golkar Sebagai Partai Besar dengan Langkah Independen Meskipun Dicap Bergantung ke Penguasa

Narendra menjelaskan bahwa pihaknya memberikan sambutan dengan baik terhadap berbagai inisiatif relevan dan konstruktif yang memberikan dukungan terhadap perdamaian, komprehensif, adil, serta tahan lama di Ukraina. Terkait dengan penggunaan atau kecaman untuk penggunaan nuklir tidak dapat diterima dengan tegas.

Deklarasi itu juga menyampaikan terkait dengan penerapan Laut Hitam demi mengamankan berbagai aliran seperti biji-bijian, pupuk, serta makanan dari Rusia dan Ukraina. Disamping itu, Moskow telah menarik diri dari Black Sea Grain Initiative pada bulan Juli 2023 kemarin dengan alasan akibat gagalnya memenuhi tuntutan guna menerapkan perjanjian paralel yang bermaksud untuk meringankan aturan ekspor pupuk dan pangan.

Kabar Lain

Terdapat kabar lain yang tertera dalam deklarasi itu adalah sejumlah kelompok tersebut telah menyetujui untuk mengatasi kerentanan utang di beberapa Negara dengan nilai penghasilan menengah dan rendah. Usaha tersebut diketahui akan dilakukan dengan cara yang lebih efektif, komprehensif, serta sistematis meskipun tidak mencantumkan beberapa rencana tindakan yang baru.

Sejumlah Negara yang mengikuti G20 telah berjanji untuk mereformasi bank serta memperkuat pembangunan multilateral.  Disamping itu, mereka telah menerima proposal yang berisi tentang peraturan mata uang kripto supaya lebih diperketat.

Dalam pertemuan G20 ini juga telah mendapatkan kesepakatan bahwa dunia saat ini membutuhkan pendayaan berbiaya rendah dengan total mencapai USD 4 Triliun setiap tahun untuk transisi energi. Porsi energi ini sendiri akan terbarukan dengan porsi yang lebih besar dalam bauran energi primer.

Pernyataan itu juga menyampaikan terkait upaya percepatan menuju penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara dengan cara bertahap. Akan tetapi, tindakan yang dilakukan ini harus dilakukan sejalan dengan kondisi nasional dan mengakui butuhnya beberapa dukungan untuk menuju transisi yang lebih adil.

Baca Juga :  Pihak Ammar Zoni Ajukan Eksepsi, Seharusnya Diadili di Tangerang

Walaupun terdapat kompromi terkait dengan Deklarasi Para Pemimpin yang ada pada KTT tersebut, diprediksikan akan dapat mendominasi oleh beberapa Negara barat beserta para sekutunya. Xi Jinping selaku Presiden China diketahui tak menghadiri acara tersebut dan justru diwakilkan oleh Li Qiang yang merupakan sosok Perdana Menteri.

Begitu juga dengan Vladimir Putin yang merupakan Presiden Rusia juga tak menghadiri acara KTT G20 India dan diwakilkan oleh Sergey Lavrov selaku Menteri Luar Negeri. 

Jon Finer selaku Wakil Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat justru memberikan pertanyaan terkait tidak hadirnya Presiden China. Kewajiban pemerintah China adalah untuk menjelaskan kenapa pemimpin negaranya tidak mau ikut serta dalam acara tersebut.

Finer menjelaskan adanya beberapa spekulasi bahwa Cina telah menyerah terhadap G20 dan lebih memilih untuk bergabung dengan kelompok BRICS yang mana anggotanya terisi oleh Negara dominan.

BRICS sendiri terdiri dari Rusia, Brazil, China, India, dan Afrika Selatan, serta adanya tambahan sekitar enam anggota  baru yang lain, seperti Mesir, Argentina, Uni Emirat Arab, Iran, Arab Saudi, dan Ethiopia.

Lavrov yang mewakili Rusia dalam acara KTT G20 tersebut menyampaikan bahwa pihaknya akan memblokir deklarasi akhir itu. Hal itu tidak dilakukan jika deklarasi yang mencerminkan posisi negaranya terhadap Ukraina dan krisis lain. Apabila tidak ada kesepakatan terhadap deklarasi itu, India harus mengeluarkan pernyataan ketua yang berarti G20 pertama kali dalam dua puluh tahun pertemuan tidak akan memiliki komunike.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *